Hal itu diungkapkan peneliti LIPI Dr. Didik Widyatmoko, Msc dalam sosialisasi dan seminar “Membangkitkan Potensi Dahlia sebagai Sumber Estetika Lingkungan, serta Menunjang Perekonomian dan Kesehatan Masyarakat” di Istana Bung Hatta, Bukittinggi, kemarin (29/11).
Seminar yang diadakan Komunitas Dahlia Saligurasi itu, dibuka Pembina Komunitas Bunga Dahlia Sumbar Ny Nevi Irwan Prayitno, Ketua Komunitas Dahlia Saligurasi Yenni Rista Santoso, Bupati Agam Indra Catri, sejumlah pejabat SKPD dan peserta dari Kota Bukittinggi, Kabupaten Agam dan Solok Selatan.
Menurut Didik, Inulin yang terkantung dalam umbi bunga dahlia, merupakan polimer dari unit-unit fruktosa. Inulin ini merupakan salah satu komponen bahan pangan yang memiliki kandungan serat sangat tinggi. Secara umum, memiliki sifat larut dalam air dan tak dapat dicerna enzim-enzim pencernaan. Inulin ini juga memiliki fungsi sebagai probiotik yang berfungsi sebagai substrat mikroflora menguntungkan di dalam usus.
Untuk itu, ia berharap agar Kota Bukittinggi, Kabupaten Agam dan Solok Selatan, segera menyosialisasikan kepada masyarakat terkait penting dan menguntungkannya membudidaya inulin. ”Ketiga daerah ini, cocok ditanami bunga dahlia karena letaknya berada di atas 700 meter dari permukaan laut,” kata Didik Widyatmoko.
Selain untuk obat-obatan, bunga dahlia juga tinggi nilai ekonomisnya, seperti inulin yang dihasilkan. Berdasarkan perhitungan LIPI, jika dalam lahan satu hektare ditanami 20.000 bibit bunga dahlia, maka setahun menghasilkan inulin 750 kg dengan harga sekitar Rp10 juta/kg.
“Jika dikalkulasikan, maka keuntungan menanam bunga dahlia di lahan satu hektare saja, mencapai Rp7, 5 miliar. Itu baru harga Rp10 juta. Berdasarkan harga inulin di pasaran, mencapai Rp30 juta per kilogram, tapi tergantung kualitasnya,” beber Didik.
Nanang Suryana, peneliti LIPI lainnya juga mengakui kandungan inulin dari bunga dahlia bisa dikembangbiakkan dengan tiga cara yakni setek (vegetatif), benih (generatif), dan juga memperbanyak vegetatif dengan umbi. “Untuk saat ini, yang paling banyak dikembangkan adalah metode kultur jaringan,” uangkap Nanang.
Ny Nevi Irawan Prayitno mengatakan Bukittinggi dan Agam sudah mencanangkan bunga dahlia akan diproduksi untuk inulin, bukan hanya untuk tanaman hias. Bahkan untuk di Bukittinggi sendiri, pihaknya sudah mencanangkan Kota Bukittinggi menjadi The City Of Dahlia.
Sejak The City Of Dahlia dicanangkan, kata Nevi, sejumlah kawasan di Bukittinggi sudah menjadi taman bunga dahlia, seperti di Jam Gadang Bukittinggi, sejumlah taman sekolah dan taman perkantoran. “Semuaanya, sudah ditanami dahlia,” katanya.
Sumber : http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=37850
Widget by Css Reflex | TutZone
Posting Komentar